PERBEDAAN
TRANSLASI DAN KONVERSI ANTAR MATA UANG ASING
Translasi mata uang asing adalah proses
pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
Translasi mata uang asing dilakukan
untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada
pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan
laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing
induk perusahaan.
mencatat transaksi mata uang asing;
memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap
translasi mata uang; dan
berkomunikasi dengan peminat saham
asing.
Sedangkan konversi antar mata uang
asing adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya adalah, Translasi hanyalah
perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah necara yang dinyatakan
dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak
ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang
terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi
dan ada transaksi terkait yang terjadi.
ISTILAH
DALAM TRANSLASI MATA UANG ASING
- Konversi, merupakan pertukaran suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
- Kurs kini, merupakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
- Posisi aktiva bersih yang beresiko, merupakan kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan di translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
- Kontrak pertukaran forward,merupakan suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
- Mata uang fungsional, merupakan mata uang utama yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang Negara dimana perusahaan itu berlokasi.
- Kurs histories, merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
- Mata uang pelaporan, merupakan mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
- Kurs spot, merupakan nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
- Penyesuaian translasi, merupakan penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar
istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS) no.52, 1981.
- Atribut, karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya penggantian yang merupakan atribut suatu aktiva.
- Konversi, pertukatan suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
- Kurs kini, nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
- Diskonto, ketika tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang berlaku sekarang.
- Posisi aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
- Mata uang asing, suatu mata uang selain mata uang yang digunakan oleh suatu Negara, mata uang selain mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan.
- Laporan keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan yang menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
- Transaksi mata uang asing, transaksi (yaitu penjualan atau pembelian barang atau jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional perusahaan.
- Translasi mata uang asing, proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
- Operasi luar negri, suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan atau dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing selain mata uang pelaporan perusahaan pelapor.
- Kontak pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
- Mata uang fungsional, mata uang utama yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya.
- Kurs histories, kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
- Mata uang local, mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar negeri.
- Pos-pos moneter, kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam nilai yang tetap di masa depan.
- Mata uang pelaporan, mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
- Tanggal penyelesaian, tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
- Kurs spot, nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
- Tanggal transaksi, tanggal saat suatu transaksi dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
- Penyesuaian translasi, penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
- Unit pengukuran, mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
KEUNTUNGAN
DAN KERUGIAN TRANSLASI MATA UANG ASING
Pendekatan akuntansi untuk penyesuaian
translasi mata uang asing, yaitu:
1)
Penangguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang
domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan
dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari
entitas asing. Penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai
bagian dari ekuitas konsolidasi.
2)
Penangguhan dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian
translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos
neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang akan ditangguhkan dan
diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba
dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan
diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban
bunga.
3)
Penangguhan Parsial
Keuntungan dan kerugian translasi
adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi
mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini semata-mata hanya
karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
4)
Tidak Ditangguhkan
Mengakui keuntungan dan kerugian
translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Namun, memasukkan
keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan
elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang
sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar. Keuntungan dan
kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi
asing dalam mata uang domestik dan harus diakui.
MENGHITUNG
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TRANSLASI MATA UANG ASING
Contoh kasus :
Tanggal 1 Januari 2009 (tanggal
transaksi) perusahaan meminjam dana dari Bank di luar negeri sebesar $US
10.000,- dimana kurs yang berlaku pada saat itu adalah (spot rate) Rp 10.000,-
per $US. Jika perusahaan melunasi seluruh hutangnya pada tanggal 1 Desember
2009 dan kurs yang berlaku pada tanggal 1 Desember 2009 (tanggal penyelesaian)
dan kurs yang berlaku adalah Rp 11.000,- per $US. Dari uraian transaksi
peminjaman tersebut antara tanggal trnasaksi dengan tanggal penyelesaian
terjadi pada tahun 2009 sehingga seluruh selisih kurs yang terjadi sebesar Rp
1.000,- x $US 10.000 = Rp 10.000.000,- dibebankan seluruhnya di tahun 2009.
Jika pelunasan dilakukan pada tanggal
15 Maret 2010 dengan kurs yang berlaku sebesar Rp 12.000,- sehingga timbul
selisih kurs sebesar Rp 2.000,- x $US 10.000,- = Rp 20.000.000,- maka karena
tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian meliputi dua periode yaitu tahun
2009 dan 2010 maka selisih kurs Rp 20.000.000,- akan dibebankan di dua tahun
tersebut. Untuk dapat menghitung berapa beban tahun 2009 maka kurs tanggal
transaksi akan dibandingkan dengan kurs pada tanggal neraca (akhir tahun).
Tahun 2009 : $US 10.000 x (Rp 11.500 –
10.000) = Rp 15.000.000,-
Tahun 2010: $US 10.000 x (Rp 12.000 –
11.500) = Rp 5.000.000,-
Jumlah = Rp 20.000.000,-
Ada beberapa poin yang perlu diketahui.
Pertama penghitungan selisih kurs adalah hanya atas pos moneter saja. Pos
moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau
dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. Ketentuan pajak pun sejak
semula sudah mengikuti ketentuan ini. Jadi apabila kita membeli mesin (pos
non-moneter) dengan harga US $10.000,- dengan kurs Rp 10.000,- yang berarti
mesin dicatat seharga Rp 100.000.000,- maka apabila terjadi perubahan kurs
nilai mesin tidak berubah dan tidak menimbulkan selisih kurs. Namun apabila
pembelian mesin tersebut dilakukan dengan kredit yang memunculkan saldo hutang
dan terjadi perubahan kurs maka akan menimbulkan selisih kurs.
Kedua, dalam penghitungan selisih kurs
PSAK menganut azas konservatif dimana pada setiap akhir tahun unit usaha harus
menghitung selisih kurs atas pos moneter dalam mata uang asing. Dengan kata
lain PSAK tidak mengenal kurs tetap dalam penghitungan selisih kurs.
PENGARUH
METODE TRANSLASI MATA UANG ASING TERHADAP LAPORAN KEUANGAN
Walaupun sebagian besar isu teknis dalam akuntansi cenderung terpecahkan
dengan sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu, translasi valuta asing
terrnyata merupakan suatu pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut
didukung oleh perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya dominasi mata uang
dolar, pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh pemerintah, dan
globalisasi pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya
pelaporan dan pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan seperti ini
telah berperan besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-¬eksekutif keuangan,
akuntan, dan komunitas keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi
ekonomi dari translasi valuta asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan
dari teki-teki akuntansi intemasional ini.
EVALUASI
DAN PEMILIHAN METODE TRANSLASI MATA UANG ASING
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang, dan
utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos moneter ditranslasikan
dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya. Secara khusus,
aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing sebesar biaya histories,
ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Mengapa demikian? Hal ini
dikarenakan biaya histories dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan
kurs nilai tukar histories menghasilkan biaya histories dalam mata uang
domestik. Keempat metode yang dibahas pada satu waktu pernah digunakan di
Amerika Serikat dan dapat ditemukan hingga hari ini di berbagai Negara. Secara
umum, metode ini menimbulkan hasil translasi mata uang asing yang cukup
berbeda. Ketiga metode yang pertama (metode kurs kini, metode kini-non-kini,
dan metode moneter-non-moneter) digunakan dalam mengidentifikasikan aktiva dan
kewajiban manakah yang beresiko atau dapat dilindungi dari resiko mata uang
asing. Kemudian, metode translasi diterapkan secara konsisten dengan
memperhatikan perbedaan tersebut.
HUBUNGAN
TRANSLASI MATA UANG ASING DENGAN INFLASI
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva
non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan
nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar
pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan
jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah.
Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika
memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya
merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh
inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di
suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan
masa depan. FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena
penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya
historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS
No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi
luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini
akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing,
karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan
kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas
pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio
keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah
akuntansi untuk inflasi asing.
Sumber
:
0 komentar:
Posting Komentar