DEFINISI
PERUBAHAN HARGA
Dalam perubahan harga dikenal 2
istilah, yaitu :
2. Pergerakan harga spesifik Perubahan harga
spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang
disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Laju inflasi lokal
mempengaruhi kurs valuta asing yang digunakan untuk mentranslasikan saldo-saldo
dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestic. Selama
periode inflasi, nilai aktifa yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jaang
mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan
lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai
lebih tinggi.
Laba yang dinilai lebih tinggi pada gilirannya akan menyebabkan :
a. Kenaikan dalam proporsi pajak.
b. Permintaan dividen lebih banyak dari
pemegang saham.
c. Permintaan gaji dan upah yang lebih
tinggi dari para pekerja.
d. Tindakan yang merugikan dari Negara
tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan
untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli
unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang
dilaporkan. Mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena
beberapa alasan :
Pengaruh perubahan harga sebagian
bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan. Para
pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini.
Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh
perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas permasalahan
tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam
kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
MENGAPA
LAPORAN KEUANGAN MEMILIKI POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN
HARGA?
Selama periode inflasi, nilai aktiva
yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai
terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang lebih rendah menghasilkan
beban yang dinilai lebih rendah dan laba dinilai lebih tinggi. Ketidakakuratan
pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri
waktu historis, (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan (3)
data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
a.Kenaikan dalam proporsi pajak.
b.Permintaan deviden lebih banyak dari
pemegang saham.
c.Permintaan gaji dan upah yang lebih
tinggi dari pada pekerja.
d.Tindakan yang merugikan dari negara
tuan rumah (pengenaan pajak lebih besar).
ISTILAH-ISTILAH
AKUNTANSI INFLASI DAN MEMAHAMI PENGARUH PENYESUAIAN HARGA TERHADAP LAPORAN
KEUANGAN
Daftar istilah Akutansi Inflasi
- Atribut. Karakteristik kuantitatif
suatu pos
Contoh: biaya histories atau biaya
penggantian merupaka atribut suatu aktiva yang diukur untuk keperluan akutansi.
- Penyesuaian biaya kini. Nilai
penyesuaian aktiva untuk perubahan tertentu dalam harga
- Kekayaan yang dapat dihapuskan.
Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar
awalnya aktiva bersih
- Mekanisme Penyesuaian. Manfaat berupa
keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan
pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas
aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang
- Ekuivalen Daya Beli Umum. Jumlah mata
uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum
- Keuntungan kepemilikan suatu
investasi. Kenaikan nilai biaya kini nonmoneter suatu aktiva
- Hiperinflasi. Laju inflasi yang
sangat besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam suatu perekonomian
meningkat sebesar lebih dari 25% pertahun
- Inflasi. Kenaikan dalam tingkat harga
umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
- Aktiva moneter. Klaim terhadap jumlah
mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha
- Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam
daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama
periode inflasi
- Kewajiban moneter. Suatu kewajiban
untuk membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti utang usaha
atau uang dengan suku bunga yang tetap
- Kerugian Moneter. Penurunan dalam
daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kativa moneter selama periode
inflasi
- Penyesuian Modal Kerja Moneter.
Pengaruh perubahan harga khusus seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh
sutu usaha dalam menjalankan operasinya
- Jumlah nominal. Jumlah harga mata
uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga
- Aktiva Nonmoneter. Aktiva yang tidak
menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap,
dan peralatan
- Kewajiban Nonmoneter. Suatu utang
yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas yang tetap dimasa depan, seperti
uang muka pelanggan
- Penyesuian Paritas. Suatu penyesuian
yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan
Negara tuan rumah
- Aktiva permanent. Istilah di Brasil
untuk aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan depresiasi terkait
serta jumlah deplesi atau amortisasi
- Indeks Harga. Suatu rasio biaya
dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa
yang representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya
dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar
- Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu
unit moneter untuk memeperoleh barang dan jasa
- Laba Riil. Laba bersih yang telah
disesuaikan untuk perubahan harga
- Biaya penggantian. Biaya kini untuk
mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha
- Mata uang pelaporan. Mata uang yang
digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan
- Metode nyatakan kembali-translasikan.
Digunakan pada saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak
perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi
- Perubahan Harga Khusus. Perubahan
dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan
- Metode translasikan-nyatakan kembali.
Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranlasikan akun-akun laporan
keuangan anak perusahaan luar negeri ke dalam mata uang induk perusahaan dan
kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi induk
perusahaan.
Jenis Penyesuaian Inflasi
Akutansi untuk pengaruh laporan
keuangan atas perubahntingkat harga umum disebut sebgai model daya beli konstan
biaya histories. Akutansi untuk perubahan harga khususdisebut sebagai model
biaya kini.
Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Jumlah mata uang yang disesuaikan
terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut sebagai mata uang
konstan biaya histories atau ekuivalen daya beli umum.
Indeks Harga
Penggunaan Indeks Harga
beli konstan biaya histories).
Obyek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Darimana datangnya kerugian moneter?
Selama inflasi, perusahaan akan
mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitan dengan kegiatan
operasionalnya. Perubahan ini muncul dari aktiva atau kewajiban moneter, klain
terhadap atau kewajiban untuk m embayarkanmata uang dengan jumlah yang tetap
dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha, yang umumnya akan
kehilangna daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan
utang, yang umumnya akan menimbulkan keuntungandaya beli selama inflasi.
Penyesuaian Biaya Kini
Model biaya kini berbeda dengan
akutansi utama. Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan
biaya histories. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat
didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan
komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau
modal fisik perusahaan.
PERBEDAAN
MODEL BIAYA AKUNTANSI TERKINI DAN MODEL KONVENSIONAL
Secara umum, dalam akuntansi
konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang
mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun
perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan
daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara
ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih
tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah. Sebenarnya, terdapat
beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara lain
akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat harga
umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement
komponen-komponen laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang
sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan
dalam akuntansi berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang
menyangkut relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut
hingga saat ini. Beberapa argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan
akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga
hasil dari dua penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga
umum terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah
penyesuaian berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.
PERBEDAAN
AKUNTANSI INFLASI DI AS, INGGRIS, DAN BRASIL
A. Amerika Serikat
Penjualan bersih dan pendapatan operasi
lainnya.
Laba dari operasi yang berjalan
berdasarkan dasar biaya kini.
Keuntungan atau kerugian daya beli
(moneter) atas pos-pos moneter bersih.
Kenaikan atau penurunan dalam biaya
kini atau jumlah yang dapat dpulhkan (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan
akan dapat dipulhkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari
persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga
umum).
Setiap agregat penyesuaian translasi
mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
Aktiva bersih pada akhir tahun menurut
dasar biaya kini.
Laba per saham (dari operasi berjalan)
menurut dasar biaya kini.
Dividen per saham biasa.
Harga pasar akhir tahun per lembar
saham biasa.
Tingkat Indeks HArga Konsumen (Consumer
Price Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan.
Untuk meningkatkan daya banding data tersebut, informasi dapat disajikan :
1. Ekuivalen daya beli rata-rata (atau
akhir tahun).
2. Dollar periode dasar (1967) yang
digunakan dalam menghitung CPI.
B. Inggris
Komite Standar Akuntans Inggris
(Accounting Standard Committee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik
Akuntansi 16 (Statement of Standard Accounting Practice-SSAP 16) “Akuntansi
Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan Maret 1980. Inggris mewajibkan
baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan.
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan, yaitu :
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
Menyajikan akun-akun biaya historis
sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
Menyajkan akun-akun biaya kini sebagai
satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
SSAP mengharuskan dua angka yang mencerminkan pengaruh perubahan harga
spesifik, yaitu :
Penyesuaian modal kerja moneter
mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang
digunakan oleh perusahaan dalam operasinya.
Mekanisme penyesuaian memungkinkan pengaruh
perubahan harga spesfik terhadap aktiva nonmoneter perusahaan.
C. Brazil
Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang
akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks
harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang
lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban
tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi
(termasuk setiap provisi kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang
saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan evaluasi dan akun
cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap
modal. Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham
disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam
laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Komisi Pasal Modal
Brasil mewajibkan metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang
sahamnya diperdagangkan di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat
sahamnya harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu
periode dengan menggunakan mata uang fungsional.
MEMAHAMI
PELAPORAN KEUANGAN DALAM PEREKONOMIAN HIPERINFLASI
ED PSAK 63 Pelaporan Keuangan dalam
Ekonomi Hiperinflasi merupakan adopsi dari IAS 29 Financial Reporting in
Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan dengan penyajian kembali
laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi dalam mata uang pelaporan
entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan entitas disajikan dalam
unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Selain itu, pos-pos terkait
di periode sebelumnya disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode
pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter neto diakui dalam laporan laba
rugi dan diungkapkan terpisah.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
63 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi terdiri dari paragraf 1 – 40.
Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang
dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 63
harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan memberikan dasar memilih dan menerapkan
kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. Pernyataan ini
tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
Pernyataan ini diterapkan untuk laporan
keuangan, termasuk laporan keuangan konsolidasian, dari setiap entitas yang
mata uang fungsionalnya adalah mata uang dari suatu ekonomi yang mengalami
hiperinflasi (selanjutnya disebut ekonomi hiperinflasi. Dalam ekonomi
hiperinflasi, pelaporan hasil operasi dan posisi keuangan dalam mata uang lokal
tanpa penyajian kembali tidak bermanfaat. Uang menjadi kehilangan daya beli
sedemikian rupa sehingga perbandingan jumlah dari transaksi dan kejadian lain
dari waktu ke waktu, bahkan dalam periode akuntansi yang sama, menjadi
menyesatkan.
Pernyataan ini tidak menetapkan pada
tingkat inflasi tertentu dianggap terjadi hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan
dalam penentuan kapan penyajian kembali laporan keuangan perlu dilakukan sesuai
dengan pernyataan ini. Karakteristik dari lingkungan ekonomi suatu negara yang
merupakan indikasi bahwa negara tersebut mengalami hiperinflasi antara lain:
1.
Penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk
aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata
uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli;
2.
Penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang lokal
tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil.
3.
Harga-harga mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;Harga
yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan dengan
memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan
jika periode kreditnya singkat.
4.
Suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
5.
Tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi
100%.
Semua entitas yang menyusun laporan
keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi yang sama dianjurkan menerapkan
Pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun, Pernyataan ini diterapkan atas
laporan keuangan setiap entitas sejak awal periode pelaporan ketika entitas
mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara yang mata uangnya digunakan oleh
entitas tersebut untuk menyusun laporan keuangan.
MENGETAHUI
APAKAH DOLAR KONSTAN ATAU BIAYA KINI LEBIH BAIK UNTUK MENGUKUR PENGARUH INFLASI
Terdapat empat isu akuntansi inflasi
yang cukup mengganggu. Ke empat isu itu adalah:
(1) apakah dolar konstan atau biaya
kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
(2) perlakuan akuntansi terhadap
keuntungan dan kerugian inflasi,
(3) akuntasi inflasi luar negeri,
Keuntungan dan Kerugian Inflasi :
Perlakuan keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong kontroversial.
Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan
menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan akhir,serta transakasi
dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang).
Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis
pendapatan yang lain.
Di Inggris keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme
penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus
(dan bukan umum). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada
para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode
perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi
biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan, yang
disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”.
SSAP 16 memiliki keunggulan dalam
mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan persediaan dan aktiva tetapnya,
suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja dalam nilai nominal bersih
untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan harga yang semakin meningkat.
Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari penggunaan utang selama masa
inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah,
waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur
penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk
mengukur keuntungan dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh perusahaan dapat
menyusun indeks harga beli yang khusus untuk perusahaan itu,pendekatan di
Inggris merupakan alternatif praktis yang baik. Ketimbang mengungkapkan
mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami lebih suka untuk memperlakukannya
sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya kini untuk depresiasi, harga pokok
penjualan dan modal kerja moneter. Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang
laba biaya historis selama masa inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan
beban jasa utang yang digunakan untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan :
Akuntansi untuk biaya kini membagi
total laba menjadi 2 bagian :
(1) laba operasi (perbedaan antara
pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi)
(2) keuntungan yang belum direalisasi
yang timbul dari kepemilikan aktiva non moneter dengan nilai pengganti yang
meningkat bersamaan dengan inflasi. Meskipun pengukuran keuntungan kepemilikan
dilakukan secara langsung, perlakuan akuntansinya tidaklah demikian.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva
operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti
peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau tidak. Apabila
laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat
digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva
operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian dari
laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya
(kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan
kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu diganti untuk
mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya
kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai)
kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan
langsung dalam laba.
DEFINISI
PENURUNAN GANDA (DOUBLE DIP) DAN MENJELASKAN CARA PENANGANNYA
Kehati-hatian harus dijaga untuk
mencegah fenomena “double-dip”. Masalah ini timbul dari fakta bahwa inflasi
lokal memberi dampak langsung pada kurs yang digunakan dalam proses translasi.
Walaupun ahli ekonomi umumnya mengasumsikan suatu hubungan terbalik antara laju
inflasi internal suatu negara dengan nilai eksternal valutanya., bukti-bukti
memperlihatkan bahwa hubungan seperti ini jarang terjadi, paling tidak dalam
jangka pendek. Oleh karenanya, besarnya penyesuaian yang dilakukan untuk
menghilangkan fenomena perhitungan-ganda akan bervariasi tergantung pada kadar
korelasi negatif antara kurs dengan perbedan inflasi.
Penyesuaian inflasi terhadap harga
pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk menentukan laba, seperti
dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba. Meskipun begitu akibat
hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta, perubahan kurs antara
laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain yang berurutan , yang
umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama satu periode tertentu),
akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak sebagian dampak inflasi
(yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi yang telah tercermin
dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus diperhitungkan sebagai
bagian dari penyesuaian inflasi.
Penyesuaian di atas relevan untuk
perusahaan-perusahaan multinasional yang berbasis di AS, yang telah mengadopsi
dolar sebagai valuta fungsional operasi luar negeri berdasarkan FAS No. 52 dan
yang mentranslasikan persediaan dengan menggunakan kurs berjalan. Penyesuaian
tersebut sangat berhubungan erat dengan perusahaan-perusahaan multinasional
Eropa, jika kita melihat metode-metode translasi valuta yang dewasa ini mereka
paki. Dalam sebuah survey mengenai praktik-praktik translasi valuta asing di
Denmark, Jerman, Belanda, Swedia, Swiss, dan Inggris, perusahaan-perusahaan
disana mendemonstrasikan kecendrungan ke arah penggunaan metode translasi kurs
berjalan. Walaupun banyak perusahaan melaporkan keuntungan dan kerugian
translasi valuta dalam cadangan neraca, sejumlah besar perushaan, terutama di
Jerman, Belanda, dan Swedia mencerminkan keuntungan dan kerugian semacam itu
langsung di dalam laba berjalan. Tanpa adanya penyesuaian untuk menghindari
perhitungan ganda yang telah di singgung sebelumnya., perusahaan-perusahaan
semcam itu bisa berakhir dengan laba yang terlalu rendah atau terlalu tinggi,
karena inflasi luar negeri dihitung dua kali.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar